Sedari tadi, Kania hanya memainkan gawainya menunggu ibun selesai belanja. Kania malas mondar-mandir mengikuti ibun untuk memilih belanjaan. Kania melihat beranda sebuah exchange program di negara idamannya. Kania membayangkan ia menyelesaikan semacam short course di benua Biru, mengenakan selempang khas berwarna biru langit yang menutupi sepertiga badannya, menyunggingkan senyum ke kamera, menyapa ayah ibun yang di rumah. Kania membayangkan telah menyelesaikan short course tentang Sustainable Entrepreneurship program dari Orange Institute di Belanda. Kania membayangkan dirinya akan sebesar itu suatu waktu. Menembus kemana saja yang Kania mau, menjelajahi kelas-kelas yang Kania inginkan, belajar dan terus belajar menggenapkan fantasinya seperti di novel-novel yang Kania baca semasa SMA. Syndromnya setiap waktu adalah Kania menjadi putri untuk dunianya sendiri. Kadang itu hal yang membuatnya menangis, tersengal-sengal namun dari harapannya itulah, Kania menyingsingkan segenap us...
Silence is an uncertainty