Sejauh apa pun jalan yang
kita tempuh,
Tujuan akhir selalu rumah
Fiersa, Arah
Langkah
Rumah adalah sebuah lingkungan
pertama. Tempat kita mempelajari dunia, aksara, karsa dan bertata. Di dalamnya
ada para pendidik kita pertama. Rumah menjadi institusi non formal utama yang
menjadi pondasi ranah gerak kita kemudian. Dalam dunia gerak kita , para kader
KAMMI, rumah kita adalah KAMMI.
Di mulai saat kita mengenal KAMMI
dan memutuskan untuk bergabung dalam Daurah Marhalah 1. Kehidupan awal kita
sebagai kader KAMMI, kita diberi pengertian bahwa KAMMI adalah gerakan amal dan
pengkaderan. KAMMI memiliki dwifungsi, bukan hanya amal saja atau mengkader
saja namun keduanya.
Harokatul tajnid, gerakan
pengkaderan adalah sebuah gerakan yang memiliki sebuah alur penjenjangan yang
sesuai alur kehidupan manusia. Analogi kehidupan manusia mereka lahir, melihat
dunia, menjadi bayi naik kelas menjadi balita, setelah balita menjadi anak-anak
yang lucu hingga remaja kemudian dewasa dengan kemamapannya, hingga berjumpa
masa tua menunggu ajal purna. Demikian juga sebuah gerakan pengkaderan, KAMMI
memiliki sedemikian alur seperti analogi hidup manusia.
Kita lahir setelah DM1, diberi
berbagai suplemen melalui dauroh dan madrasah KAMMI, ada banyak penjenjangan
hingga purna menjadi Keluarga Alumni KAMMI. Dari situ, jika salah satu proses
tidak terlalui dengan lancar maka juga akan menyendat pertumbuhan dan
perkembangan di KAMMI. Maka meng-azzam-kan diri untuk menyempurnakan seluruh
alur penjenjangan / kaderisasi KAMMI adalah wajib bagi kita. Agar apa ?
tercapailah cita-cita kita menjadi seorang muslim negarawan.
Harokatul amal, gerakan amal. Setelah
mendapat isi-isi dari proses kaderisasi, kita didiasporakan dalam amal-amal
atau kerja-kerja kongkrit kita. Seperti dalam redaksional Kredo Gerakan KAMMI “....Hari-hari kami
senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran
dan kesabaran, diskusi-diskusi
yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan,
serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat...”. dianalogikan lagi
di kehidupan manusia, jika ia sudah berilmu sudah mengenyam pendidikan maka ia
akan mendayagunakan ilmu, wawasan dan pengetahuannya untuk kebermanfaatan. Sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Dimana ranah gerak KAMMI ? karena
KAMMI berkedudukan di eksternal maka ada banyak pilihan. Ada slot untuk di
masyarakat langsung dan juga mahasiswa-mahasiswa tentunya. Di eval mahasiswa,
kerja-kerja para kader dapat kita terapkan untuk menjadi aktivis di internal
kampus. Internal kampus
dapat berupa lembaga eksekutif (BEM, DEMA, HMJ), legislatif
(SEMA, DPM), LSO, atau UKM. Selain di stuktural, kita juga bisa bermain di
ranah kultural. Memimpin diskusi-diskusi
tematik, menjadi ketua kelas, menjadi mahasiswa berprestasi dll. Ketika di
masyarakat, akan lebih banyak dan luas lagi ladang garap dan kerja-kerja
kongkrit yang bisa kita berikan untuk solusi yang kita tawarkan untuk perbaikan.
Kembali ke analogi hidup
manusia, jika sudah menyebaran kerja-kerja tersebut ada dua kemungkinan bagi
seseorang. Seseorang tersebut akan melejit semakin ke atas hingga lupa daratan
atau ia yang bersahaja semakin berisi
semakin merunduk. Jika dia yang melejit hingga lupa daratan, biasanya seperti
kacang lupa kulitnya. Dari mana ia
berasal, oleh siapa yang mengajari dan jalan pulang. Jika ia
bersahaja, ia tidak meninggalkan asalnya.
Seperti itu juga kecenderungan
kader. Bisa jadi ketika ia sudah menjadi seorang tokoh, publik figur di suatu
wajihah dakwah yang lain akan ada dua kecenderungan itu pula. Ada yang
terlalu nyaman di ranah amalnya hingga ia lupa dan menyisihkan rumah awalnya,
sebagai wasilah proses kaderisasinya juga ada mereka yang tetap menyeimbangkan
antara ranah garapnya dan rumah
pengkaderannya.
Tidak semua tempat untuk kerja
kerja kongkrit memiliki kapasitas
untuk meng-hemodialisis kader. Kader adalah
manusia. Tidak bisa ia terus dipacu untuk bekerja dan hanya bekerja. Maka butuhlah
sebuah sesuatu sistem recharging untuk para kader, dan itu bisa didapat di
rumah pengkaderan KAMMI. Proses hemodialisis
tersebut agar jika diibaratkan darah yang kotor karena ia telah terfungsikan
keras di tubuh, bisa diperbarui agar
kebaikan-kebaikan darah tersebut terjaga dan kader akan semakin bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Maka, apa kabar kalian
kader-kader terbaik KAMMI yang sudah terdiaspora di berbagai wajihah dakwah ?
Saya harap kesahajaan masih
menyelimuti sanubari kalian dan tidak menjadikan kalian kehilangan arah langkah
untuk pulang.
KAMMI adalah rumah awal kita
semua. Maka jika lelah, kembalilah. Cek
kembali apakah selama ini kita meng-alpa-kan diri dari proses recharging. Pun juga
ketika ada seruan pulang atau berkumpul, maka sebaik-baiknya mari kita temui
seruan itu dan membaktikan diri.
Mantapp 👍
BalasHapusSyukron kaka 😁
BalasHapusmasyaAlloh
BalasHapus