Hy, sudah lama ya kita tak berkisah?
Kania makin sibuk aja ya? Tidak papa, memang Kania harus sibuk. Kenapa ? karna tak ada yang lebih melelahkan ketika diam saja tanpa sesuatu yang membuat dirinya pusing tujuh keliling dan berpeluh. Kania sudah menjalani hampir satu semester perkuliahan masternya. Kania apa jadi ke Norwegia seperti angannya ? Tidak. Kania melanjutkan pengasuhan Langit untuk hari-harinya. Selepas masa masa sulit itu, Kania dengan segala usahanya meyakinkan jalan hidupnya untuk meneruskan pengasuhan Langit dengan penuh kesadaran diri . Kania mendapatkan energinya dari sebuah cerita lama yang diceritakan di novel penulis favoritnya.
Sudah lama, novel itu menjadi penghuni rak bukunya. Ia sudah pernah membacanya di awal waku, namun saat ia membacanya belum ada suatu hikmah yang menyurati dirinya. Ya sekedar membaca saja seperti biasa pengisi waktu senggang. Novel yang menceritakan kisah cinta. Memang, tapi bukan itu highlightnya. Di pembacaan kedua, Kania menangis tersedu dibuatnya. Bukan. Bukan karena pada akhirnya, harus mengkisahkan perjalanan Si Kelasi Menangis yang membelah samudra untuk menjalani kisah hidupnya yang menyedihkan. Bukan pula karena saat Si Cantik harus menenggak minuman racun untuk menghalau perjodohannya dengan saudagar kaya pilihan orang tuanya. Keduanya sama-sama membuat haru biru memang. Tapi, sejatinya ada pada pesan pesan bijak dari Sang Penandai.
Sang Penandai adalah jelmaan dari ribuan Kupu Kupu Monash yang datang dari jauh. Ia bijak besari mengajarkan sebuah hikmah dari kisah-kisah pilu di dunia ini. Pada suatu takdir yang telah memilih pemuda itu akhirnya memercayai nasihatnya. Sang Penandai mengerti akhir kisah sang pemuda tidak henti begitu saja. Sang Penandai mengatakan pada sang pemuda, memang perjalanan itu akan menyesakkan, melelahkan, menangis saban hari namun suatu hari jika sang pemuda memercayai nasihatnya akan terjadi sebuah keajaiban di ujung sana. Sang pemuda yang sudah kebas dengan cerita hidupnya, memercayai Sang Penandai untuk menaiki sebuah bahtera. Ia mengikuti sebuah ekspedisi yang dipimpin pelaut handal. Tugas sang pemuda adalah melawan rasa takutnya, memercayai segenap usahanya untuk hidup yang lebih baik, dan mendamaikan perasaan di masa lalunya.
Di belahan tempat lain. Si Cantik yang dikira sudah meninggal dunia karena menagak langsung air beracun perlahan siuman. Ia tergagap melihat dunia sekitar karena silau melihat sekelebat cahaya di depannya. Sang Penandai sudah berdiri di sampingnya menawarkan tangan untuk membantu Si Cantik duduk. Si Cantik menanyakan keberadaan pemuda pujaan hatinya. Sang Penandai menggelengkan kepala, pertanda tak ada ia di sini saat ini. Sang Penandai kembali mengerjakan bagiannya dalam mengatur cerita mereka berdua. Sang Penandai menawarkan sebuah kepercayaan jauh di depan sana. Tugas Si Cantik hanya berkata iya dan menerima konsekuensi iya-nya untuk di depan sana. Tiba-tiba ia berteleportasi di suatu tempat yang tak pernah ia tau. Ia hanya tau, di depan sana ia percaya ada keajaiban atas apa saja yang akan ia kerjakan di tempat barunya. Si Cantik mengiyakan.
Hari berganti hari, pekan, bulan telah gompal berulang kali, satuan tahun menambah usia yang ada. Perjalanan itu mendewasakan semuanya. Si pemuda yang sempat dipanggil Si Kelasi Menangis, kini telah menjadi pelaut ulung asisten Panglima Nakhoda. Si Cantik telah dengan kewibawaan dan kecantikan dirinya menjadi penguasa sebuah tanah harapan. Sang Penandai membayarkan harga percaya keduanya di akhir waktu. Mereka kira yang tanpa kepastian akan menjadi tetap tanpa kepastian. Tapi, mereka tak menggantungkan kepastian pada keduanya. Mereka menggantungkan pada sebuah percaya. Mereka menggerakkan seluruh usaha terbaiknya, hingga akhirnya mereka menjumpa bunga bunga mekar di ujung jalan.
***
Kembali ke Kania, ia ingin serta sepenuhnya percaya dalam pengasuhan Langit padanya. Ia tau, di antara hari-harinya tak banyak cerita yang membahagiakan seperti angannya. Ia hanya ingin terus teguh memercayai Langit sebagai bagian jalan hidupnya yang sudah menemani masa masa peliknya menentukan langkah hidupnya. Kania tau, mengasuh Langit bukan satu dua hari berjalan begitu saja tanpa ujian yang mendera. Kania harus merelakan sementara satu dua tiga tujuan kakinya ingin melangkah. Langkah -langkah jauh itu Kania urungkan untuk menguatkan pengasuhan Langit setelahnya. Jika Sang Penandai dalam dunia yang fiksi saja mampu menggerakkan dirinya untuk terus percaya, Mengapa Kania tak mampu menggerakan hatinya untuk terus percaya dalam pengasuhan Langit dengan jaminan dari Sang Pemilik Langit ?
Kania menghela napas, pelan pelan. Kepastian itu pasti datang. Ketidaknyamanan selama ini akan terbayarkan. Entah bersama Langit, atau harus disambut oleh lengan lain yang mengulurkan kepadanya di suatu hari pada saat yang baik tiba. Kania masih terus memupuk sebuah percaya.
Doakan Kania ya :)
Yaa Muqollibal Qulub, Tsabbit Qalbi 'Ala Thoatik
Komentar
Posting Komentar