Langsung ke konten utama

Ketenangan


Datang sebuah pesan di suatu sore. Seorang kawan kuliah yang sekarang sudah bekerja. Seperti biasanya, mungkin hanya untuk saling sapa bertanya lagi apa, sedang dimana. Terlihat basa-basi, namun cukup ampuh untuk menyambung silaturahmi. Namun sore itu, pesannya berbeda.

Aku lagi nggak baik-baik saja”

Oke. Segera keberalih mode serius. Mendengarkan adalah proses belajar terbaik bagiku. Ku tanyakan mengapa, ada sedikit jeda dalam pesannya. Di notifikasi aplikasi ....is typing. Ku biarkan sejenak sambil kulanjutkan bacaanku.

Panjang lebar pesannya, intinya

Aku sudah bekerja. Gajiku juga sudah bukan anak magang. Ayah kadang masih infuse uang jajan kalau aku mau keluar. Tapi kenapa ada sesuatu yang bikin aku nggak bahagia ?”

Usianya tak terpaut denganku. Karirnya bagus. Bekerja di salah satu BUMN negeri ini. Di usianya yang sapantaran denganku, ia mungkin sudah masuk dalam kemapanan di strata sosial. Seusai kuliah, banyak dari kawanku yang belum bekerja. Masih mencari kesana kemari. Kebingungan mau daftar PNS atau kuliah lagi.

Kembali ke cerita kami, sore itu kita berdiskusi panjang. Tentang sebuah hal yang menjadi incaran seseorang menjalani hidup. Bagaimana pun, setinggi apapun pangkat seseorang. Kiranya kita semua sama, mencari sebuah ketenangan hidup.

Sudah berapa banyak kasus bunuh diri, padahal ia bergelimang harta, kekuasaan, jabatan. Artis artis korea banyak yang mengakhiri hidupnya, di tengah pusaran karirnya. Penyanyi mendunia mengakhiri hidupnya dalam misteri, padahal apapun ada padanya. Jika sebuah kehidupan dikata hidup ketika berharta, bertahta, berkuasa, mengapa masih banyak kasus seperti itu juga.

Seperti kondisi kawanku ini, ternyata sekali lagi. Bukan tentang uangnya, ada yang ia cari. Ada yang ia pertanyakan menjadi sebuah anomali. Ia merasa bodoh. Kebodohan karna tak mengerti mengapa masih ada keresahan pada dirinya ini.

Ku membuka, sebuah aplikasi. Ku ketik sebuah kata kunci “ketenangan”. Muncullah sebuah pesan cinta dari Yang Maha Menghidupi

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi  dan Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana”

Serenity is a granted. It deals to God’s will.

Ketenanganlah yang membuat orang orang papa menjadi tetap bahagia. Ketenanganlah yang menjadikan risalah Rosul masih tersyiarkan ditengah musuh-musuh yang merajalela. Ketenanganlah yang menjadi daya juang orang tua terus menghidupi anaknya, meski mungkin banyak hutangnya.

Kita kembali ke obrolan, di tengah kebingungan di seperempat abad nampak betul kita sama sama sedang mencari jalan ketenangan itu. Namun ternyata sudah teramat jelas bahwa ketenangan itu diberi. Ketenangan itu diturunkan dari sisi Tuhan, menuju hati-hati yang beriman.

Kita hari itu menjadi orang yang sangat bodoh. Mengilhami kehidupan dan menjalani hidup hanya disandarkan pada sesuatu hal yang rapuh. Bukan IPK cumlaude yang menyelamatkan, bukan besaran angka dalam rekening yang masuk setiap bulan. Bukan pula siapa laki-laki idaman yang menggandeng tiap hang out keluar. Bukan seberapa branded, outfit yang kita kenakan.

Percakapan kami sore itu menjadi pengingat kembali. Kita masih alpa, masih dalam dimensi kebodohan. Mendekat dengan Sang Pemberi Ketenangan saja masih jarang. Berdoa pun cepat-cepat. Sunnah kekasih-Nya terlewat. Seruan firman-firman cinta-Nya abai begitu saja.

Iya ya. Aku sudah lama tak berdoa. Aku banyak melewatkan tahajud dan dhuha. Aku terlalu sibuk bekerja. Nyatanya apa yang kita kejar, tak melulu membahagiakan. Iya benar bego amat ya”

Aku yang mendengarkan mengamini. Aku juga masih bodoh. Hari-hari kita masih dalam kebodohan. Aku berharap hari ini adalah hari terakhir kita menjadi bodoh. Aku berharap untuk kamu yang juga membaca tulisan ini mengamini. Jika kamu juga merasa burn out,  untuk hari-hari mu yang menjenuhkan, kita kembali cek lagi. Apa yang sudah kita sembahkan, untuk Sang Pemberi Ketenangan.

Mari kita berjanji, hari ini adalah hari terakhir kita menjadi bodoh. Meminta ketenangan namun tak pernah menyapa Pemberi-Nya. Menyandarkan kebahagian pada hal-hal semu dunia, padahal masih panjang jalan kita hingga akhirat sana.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Big Why Rumah Flava : Inspiring Empowering

Simon Sinek pernah berdiri di panggung TEDTalk menyampaikan beberapa gagasannya. Gagasannya sebelumnya sudah tertuang dalam bukunya "Start With Why". Dalam presentasinya, Simon membuat sebuah tiga gambar lingkaran, besar hingga kecil. Di lingkaran terluar dia menyebut "What", lingkaran kedua dia menyebut "How" dan lingkaran terdalam dia menyebut "Why".  Tentang why ini menjadi titik terdalam karena memang di banyak gerakan/organisasi hanya sedikit orang yang paham tentang tujuan, tentang keyakinan, tentang muasal pekerjaan kita. Selain itu orang orang hanya bertahan pada tataran apa dan bagaimana. Simon menegaskan bahwa organisasi atau perusahaan yang inspiratif adalah perusahaan yang bisa memastikan mayoritas sumber daya manusianya bisa menjelaskan tujuan mendasar mengapa mereka menjalani aktivitas perusahaannya, bukan hanya soal produk atau layanannya. Sedangkan untuk kepentingan personal konsep The Golden Circle ini juga bisa menjadi panduan k...

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan Nominasi Essay Competition FORDISTA IAIN Surakarta 2017 Pendidikan menjadi salah satu pembahasan manusia di kehidupan sehari-hari. Di Indonesia digagas beberapa program kerja untuk memenuhi salah satu cita-cita bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 : mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Melihat fenomena sekarang, anak muda yang menjadi refleksi hasil pendidikan ring 1 banyak yang melukai jati diri pendidikan dengan sendirinya. Dalam tribunnews.com edisi Senin, 24 Maret 2014 disebu...

Guru Gokil Murid Unyu

Guru Gokil Murid Unyu Essay Rampai Bidikmisi IAIN Surakarta 2017 oleh Khoirul Latifah Melihat dari judulnya, mungkin beberapa akan merasa itu seperti judul sebuah buku. Memang benar, ada sebuah buku dengan judul ‘Guru Gokil Murid Unyu’. Buku hasil karya seorang guru di Jogjakarta yang isinya menginspirasi bagaimana menjadi guru yang kelak akan memanusiakan manusia. Ini bukan maksud akan meresensi buku tersebut, namun hanya mencatut judul yang sama untuk beberapa narasi yang senada dengan apa yang menjadi keresahan pendidikan akhir-akhir ini. Pendidikan adalah sebuah ihwal penting dalam hajat hidup. Proses pendidikan banyak diyakini menjadi sebuah tangga perubahan sosial secara vertikal. Melalui pendidikan banyak orang yang dari kalangan bawah menjadi orang kalangan atas. Melalui pendidikan orang biasa menjadi orang berada. Maka tak ayal, pendidikan adalah hal penting bagi manusia. Proses pendidikan jugalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Untuk hewan, ...