Langsung ke konten utama

Pemenang yang sabar

Ini sudah syawal kesekian. Setelah dirasa cukup besar, bulan Syawal bagi sebagian orang akan menjadi teror yang sedikit mengganggu tarikan nafasnya. Ya bagi sebagian orang sih, tidak semuanya. Dari sekian dikit orang itu, mungkin Kania salah satunya. Mengapa sebab ? bukan. Bukan seperti benakmu yang ada banyak list pertanyaan “Kapan”. Keresahan Kania bukan muasal dari kapan yang sama dipertanyakan dengan yang lain. Kania meresahkan betapa membosankannya jika lebaran, pertemuan demi pertemuannya hanya diisi dengan percakapan jemu. Uluk salam, salaman, tanya kabar, pertanyaan kapan, selebihnya dipenuhi saling merunduk main gawai, atau sibuk mengunyah kudapan.

Satu dua tiga mungkin asik, namun lama-lama tak bakal lebih dari seputar membahas saudara satu dengan yang lain, mengupas tuntas masalah keluarga yang harusnya sudah tak pantas lagi dibahas di pertemuan nan fitri itu, mengampuni kebiasaan ibu-ibu bahkan bapak-bapak juga kadang ketika forum sudah jadi satu.

Kania yakin, tak akan banyak yang membahas sesuatu yang solutif, ndaging, dan penting. Jika membahas pekerjaan, Kania pikir tidak akan bisa. Forum yang random seperti itu tak akan sefrekuensi dengan rentang waktu yang lama. Karena apa ? dalam kumpul keluarga yang ramai itu, ada banyak orang dengan personal yang beda, background sosial-pendidikan-ekonomi-pengalaman yang beda pula. Kesamaan yang dimiliki meski masih kerabat, semakin lama semakin kecil. Kita gak bisa memungkiri, kita sendiri pun jika bertemu dengan teman kita meski seangkatan tapi lama dan berbeda background sering kehabisan bahasannya.

Terus gimana? Sibuknya pada manjat sosial. Berfoto bersama, unggah. Makan bakaran bareng, unggah. Piknik ramai, unggah. Rutinitas yang berulang-ulang, bermakna sepekan lalu pudar, hanya mengendap di Igs atau WA stories. Emang ga boleh ? boleh. Tapi bagi Kania, mengapa hanya sebatas itu? Mengapa momen besar itu tidak bisa menjadi sesuatu yang lain ? Apa ini hanya alam bawah sadar Kania yang terlalu banyak makan teori? Tidak menurutnya. Sebab masih ada lingkaran-lingkaran yang bernuanasa keluarga besar dalam daras dan bahasnya selain hanya bertukar kabar, berkelakar, main petasan, mereka membahas sesuatu yang syarat makna. Hajat hidup orang banyak, umat manusia.

Hidup hanya sekedar, apa sih yang Lo kejar ?

Setiap teringat itulah, Kania semakin sering mengkontemplasikan apa yang ia lakukan, ia kerjakan dan ia iyakan. Sebab semakin dewasa, gerak kanan kiri butuh konsekuensi. Bagaimana hubungan dengan umat manusia ?.  Kania percaya, dari apa yang sudah guru-guru Kania ajarkan, kita adalah bagian dari keumatan itu sendiri. Tingkatan kita hidup minimal sebagai diri sendiri, berkeluarga, dan bermasyarakat. Diri kita yang satu ini, tidak serta merta terlepas dari dua circle  selanjutnya. Jika sebagai diri sendiri seseorang sudah memperbaiki diri sendiri, selesai dengan urusan pribadinya, maka sudah saatnya ia segera membentuk circle keluarga. Mengapa ? karena jelas nantinya keluarga-keluarga yang ada itulah nanti menyuburkan masyarakat. Dengan sequence seperti itu, maka kiranya dibutuhkan pengaturan bagaimana kita men-setting bagaimana dari diri sendiri yang unggul, terbentuk keluarga yang memiliki genial keluarga yang mumpuni, serta masyarakat yang adil.

Bicara tentang rencana berkeluarga, mungkin saat- saat ini memang prime timenya. Jika dilihat dari rentang usia, banyak teman teman Kania sudah menikah. Kania kapan ? Kania masih punya mimpi yang belum kesampaiaan. Sebenarnya apa mimpi Kania, bukannya sudah bisa S2, sudah punya usaha? Kania menunggu orang yang bisa diajak membuat genial keluarga yang tak hanya punya orientasi keluarga sementara. Kania ingin keluarganya riuh ramai dengan percakapan penuh esensi. Kania ingin laboratoriumnya muncul ilmuan, ahli ibadah, pemerhati sosial, seorang influencer, yang melanjutkan cita-cita Kania dan pasangannya. 

Jika hanya dirasa pantas, banyak yang pantas. baik agama baik malnya. namun belum ada hingga sekian purnama yang mendermakan hidupnya untuk menuju jalan yang sama. 

Hingga pada akhirnya dewasa tak hanya tentang banyak mengiyakan semua yang datang. Malahan kita lebih dikonsep banyak meng-excuse diri


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Big Why Rumah Flava : Inspiring Empowering

Simon Sinek pernah berdiri di panggung TEDTalk menyampaikan beberapa gagasannya. Gagasannya sebelumnya sudah tertuang dalam bukunya "Start With Why". Dalam presentasinya, Simon membuat sebuah tiga gambar lingkaran, besar hingga kecil. Di lingkaran terluar dia menyebut "What", lingkaran kedua dia menyebut "How" dan lingkaran terdalam dia menyebut "Why".  Tentang why ini menjadi titik terdalam karena memang di banyak gerakan/organisasi hanya sedikit orang yang paham tentang tujuan, tentang keyakinan, tentang muasal pekerjaan kita. Selain itu orang orang hanya bertahan pada tataran apa dan bagaimana. Simon menegaskan bahwa organisasi atau perusahaan yang inspiratif adalah perusahaan yang bisa memastikan mayoritas sumber daya manusianya bisa menjelaskan tujuan mendasar mengapa mereka menjalani aktivitas perusahaannya, bukan hanya soal produk atau layanannya. Sedangkan untuk kepentingan personal konsep The Golden Circle ini juga bisa menjadi panduan k...

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan Nominasi Essay Competition FORDISTA IAIN Surakarta 2017 Pendidikan menjadi salah satu pembahasan manusia di kehidupan sehari-hari. Di Indonesia digagas beberapa program kerja untuk memenuhi salah satu cita-cita bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 : mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Melihat fenomena sekarang, anak muda yang menjadi refleksi hasil pendidikan ring 1 banyak yang melukai jati diri pendidikan dengan sendirinya. Dalam tribunnews.com edisi Senin, 24 Maret 2014 disebu...

Guru Gokil Murid Unyu

Guru Gokil Murid Unyu Essay Rampai Bidikmisi IAIN Surakarta 2017 oleh Khoirul Latifah Melihat dari judulnya, mungkin beberapa akan merasa itu seperti judul sebuah buku. Memang benar, ada sebuah buku dengan judul ‘Guru Gokil Murid Unyu’. Buku hasil karya seorang guru di Jogjakarta yang isinya menginspirasi bagaimana menjadi guru yang kelak akan memanusiakan manusia. Ini bukan maksud akan meresensi buku tersebut, namun hanya mencatut judul yang sama untuk beberapa narasi yang senada dengan apa yang menjadi keresahan pendidikan akhir-akhir ini. Pendidikan adalah sebuah ihwal penting dalam hajat hidup. Proses pendidikan banyak diyakini menjadi sebuah tangga perubahan sosial secara vertikal. Melalui pendidikan banyak orang yang dari kalangan bawah menjadi orang kalangan atas. Melalui pendidikan orang biasa menjadi orang berada. Maka tak ayal, pendidikan adalah hal penting bagi manusia. Proses pendidikan jugalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Untuk hewan, ...