Ramadhan kali ini berbeda. Jamak kita
tahu, dunia sedang dirundung duka. Kedatangan virus kecil tak kasat mata, membuat
semua pihak kelabakan. Badai corona menghantui Indonesia juga akhirnya, meski
di awal awal munculnya di China dikata Indonesia akan kebal darinya. Hingga akhir
sya’ban,
corona masih bertahan. Awal ramadhan menyambut kerinduan orang orang
beriman.
Hai orang orang
beriman, diwajibkannya atas kamu berpuasa sebagai mana diwajibkannya atas orang
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa
Firman Allah masih berlaku, meski
corona menghantui. Ramadhan biasanya disambut dengan ramai rami, tarhib bersama
anak anak TPA. Ramadhan yang lalu lalu disibukkan dengan mengatur jadwal buka
bersama dengan teman teman dari TK hingga sarjana. Ramadhan yang dulu dulu
bingung mau tarawihan dimana, milih yang –qulhu- atau satu juz full dipandu
qory ganteng lagi hits. Ramadhan yang lalu lalu, kawan kawan yang merantau
sudah menyiapkan tiket untuk pulang kampung, beli via traveloka atau agen tiket
langganan.
Protokol PSBB diterapkan ketat. Lonjakan
kurva corona membuat beberapa pemerintahan daerah hingga wilayah menerapkan
kebijakan berat. Sekolah di rumah diperpanjang, mungkin masih akan lebih lama
lagi. Pekerjaan digalakkan untuk dibawa pulang. Sayang kabar duka tak hanya
menghantui dunia kesehatan. Ada gejolak yang lebih membuat mata hati teriris
perih. Selain harus khawatir terpapar corona, banyak kawan kawan kita juga
masih harus khawatir besok makan apa.
Protokol PSBB melarang keramaian,
berjaga jarak, di rumah aja. Sedangkan dalam keramaian banyak sumber sumber
kehidupan. Ya seperti pepatah, ada gula ada semut. Di keramaian ada denyut
hidup penjaja makanan kecil, tukang parkir, abang becak, pak ogah penyebrang
jalan dan masih banyak lagi. Ramadhan biasanya muncul pasar pasar kaget setiap menjelang
buka puasa. Ketika ramadhan banyak diselenggarakan kajian kajian akbar. Kajian akbar
selain sarana thalabul ilmy juga sarana mencari rejeki. Allah, namun semua
memang harus ditundakan.
Ramadhan tahun ini menambah ujian
kita. Sholat di masjid ditahan. Protokol dilarang mudik diberlakukan. Lebaran terancam
tidak kemana mana. Forum tholabul ilmy berpindah di ruang maya.
Tidak ada yang sayang untuk ramadhan
tahun ini. Meski tak seperti biasanya lagi, ramadhan kali ini memang akan
menjadi bulan mengukur diri sendiri. Am I deserve? Bagaimana ibadah ibadah
kita, masihkah menjadi ramai di antara sepi?
Komentar
Posting Komentar