Langsung ke konten utama

FATHI KEDUA : Sebuah Jawaban Kemenangan (2)

......untuk sebuah kemenangan yang tertunda


Nata sudah tiba dua hari lalu di London. Ia masih harus bergolek lemas di kasur di apartemen tantenya. Nata masih mengajak Vio. Vio dengan cepat mengiyakan ajakan Nata untuk ke London. Kata Vio ‘taken for granted’. Tante Nata menyelesaikan S3 dan bekerja di tempat bonafide di london. Menguasai ilmu hukum, bekerja di pengacara internasional membawa angin segar juga bagi Nata sebagai keponakannya. Apartemen sepi, hanya Nata masih dengan pucatnya dan Vio masih bergumul manja di samping Nata karna dingin juga. Nata jetlag setelah perjalanan udara hampir 18 jam.

Di luar kamar, tante sudah menyiapkan sarapan untuk Nata dan Vio. International menu, kecuali kecap asli Indonesia. Pukul 08.30, Vio keluar kamar dan mulai menyeruput teh yang sudah dingin.  Nata terhuyung mengikuti Vio. Hari ini Nata harus sembuh. Besok adalah waktu yang sudah ia tunggu sepersekian waktu. Dengan penuh rasa. Dengan segenap hati. Dengan komposisi yang istimewa. Nata memantabkan diri untuk menjemput separuh hatinya. Nata bukan tipe yang mau semua dilakukan, tapi jika ia mau semua ia lakukan.  Nata mandi, dan menyusul sarapan.

Sore hari di London. Nata dan Vio keluar dari apartemen. Mereka menaiki trem menuju alamat tante bekerja. Tadi selepas dhuhur waktu London, Nata mendapat pesan untuk menyusul tante. Tante akan mengajak Nata dan Vio makan di luar. Sekaligus modus Nata untuk meminta panduan ke tempat yang besok ia tuju. University of London. Stasiun trem yang dituju berjarak sektar 100 meter dari apartemen. Nata dan Vio tak kesusahan membayar karna tante sudah men-top up ID Nata dengan paket trem. Cashless life style. Menuju stasiun alamat kantor tante, Nata dan Vio kembali asik dengan perbincangan masih dengan bahasa Indonesia.

Pagi, 18 Agustus 2018. Indah bukan urutan tanggalnya. Akankah akan menjadi hari yang indah pula bagi Nata. Seharusnya iya, karna keindahan itu tergantung dari mana ia berpijak. Meski penuh air mata, Ibu yang mencium kening anaknya atas prestasinya pun tetap keindahan. Semoga juga untuk air mata Nata. Pagi betul Nata bangun. Sudah seperti pagi biasanya ketika Nata akan pergi dengan Vio berwisata misalnya. Nata sudah siap dengan baju terbaiknya, gaun batik yang ia siapkan untuk bertemu seseorang yang mampu mengubah senyum menjadi luka. Lara menjadi tawa. Siapa lagi jika bukan Fathi.

Hari ini wisuda S2 Fathi. Nata ingin memberi kejutan untuk Fathi. Dengan jarak dan payahnya jetlag, ia berangan Fathi akan tersenyum lebar dan menghampiri Nata dengan wajah terpasung kulum. Vio menyesuaikan diri. Kali ini tante mengantar mereka meski Nata mengotot ingin sendiri berdua karna sudah dipandu tante kemarin. Tante mengerti, jangan sampai Nata terlambat makanya tante mengantar hingga belokan ke arah London University. Saat semua sudah rapi, mobil civic keluaran terbaru meninggalkan basement.

Benar tante mengantar, trem penuh sesak. Hari itu peak of week day. Sudah akan menuju Russel Square, tante menghentikan mobil menurukan Nata dan Vio. Dari Russel Square Nata dan Vio akan berjalan karna berjarah dekat menuju area London University. Dari jauh sudah terlihat sedikit penuh di pintu gerbang. Mungkin acara wisuda sudah dimulai, tak apa. Nata sudah mengkonfirmasi tempat pertemuan denga Fathi. Nata sedikit berlari tak sabar, Vio gemas mengejar. Di bawah rindangnya London University, Nata duduk melihat sekitar. Ia tak percaya ia bisa sampai ke tempat sejauh ini. Mengalahkan ketantrumannya. Mengatasi Jetlagnya. Demi memenangkan sebuah rasa.

Beberapa waktu kemudian, wisudawan wisudawati mulai berhambur keluar. Vio sudah gatal dengan mirrorless-nya. Membidik beberapa orang katanya untuk stock manusia ganteng dibawa ke Indonesia. Nata membiarkannya. Hingga kemudian detik menjadi seakan berhenti berdetak. Daun bergugur lebih lebat. Angin berhembus sedikit kencang. Hingga Nata melihat sekelebat laki-laki sedikit jangkung di depannya. Nafas Nata tercekat. Bukan, bukan karna ia hanya melihat laki-laki yang menjadi kunci kemenangan hatinya berdiri dengan toga dan berselempang CUMLAUDE. Tapi tangan yang menggamit laki-lakinya. Disamping Fathi, dengan mesra.

Mendadak dunia gelap

Nata bangun dengan bentuk yang sudah bukan Nata di pagi hari. Ia menatap nyalang kepada suster yang mengganti infusnya. Tante hanya bisa melihat pias, terlebih Vio yang sama terguncang. Nata sudah pingsan hampir sepekan. Kepingsanan Nata disembunyikan dari orang-orang rumah. Tante tak ingin semua berpikir negatif, lalu menyusul ke London. Urusan akan lebih panjang. Vio memeluk Nata. Nata menatap nanar tante. Tante membuang muka karna tak sanggup melihat keponakan kecilnya harus merasakan itu separah itu.

Wanita yang menggenggam mesra tangan Fathi adalah istri Fathi. Entah biarkan bagaimana cerita awal mereka saling mengenal, lalu tak berselang lama Fathi menikahinya. Fathi memang bukan tipe manusia ganteng ala Eropa. Tapi personality-nya yang Indonesia banget mungkin mudah mengjerat hati wanita. Hidungnya mbangir, karena sedikit keturunan Arab. Fathi menikahi Zulfa. Perempuan bermata cantik, dari Sragen. Ternyata bukan dari jauh Fathi melabuhkan hati. Sragen, sebuah kota kecil di perbatasan Jawa tengah Jawa Timur bila melewati Solo.

Bagaimana perasaan Nata dengan Fathi, sebelum menikahi Zulfa. Fathi dan Nata hanya terjebak dalam sebuah hubungan tanpa status. Friend Zone  bisa jadi. Kaka ade zone lebih mungkin terjadi. Nata anak tunggal, yang manja tulen. Fathi anak kedua dari 4 bersaudara. Sewaktu kecil hingga sebelum Nata pindah ke Lembang, mereka berdua bagai kaka adik kandung saking dekatnya. Fathi dengan kedewasaannya dan Nata dengan kekonyolannya. Begitu, tanpa ada kejelasan. Sebuah belenggu perasaan. Melihat rengekan Nata sebelum Fathi meninggalkan Indonesia, Fathi pikir masih tangisan Nata seperti biasa. Nata terlalu berharap lebih, tanpa pernah mengadukan siapakah yang sebenarnya memenangkan hadiahnya.

Sebelum Nata siuman, tante dan Vio memang bertemu dengan Fathi baik-baik beserta Zulfa, sang istri. Tante sepakat dengan Vio, bahwa jalan terbaik adalah mediasi. Tak perlu hingga membahas hukum. Vio menjelaskan semua apa yang ia dengar untuk sebongkah perasaan Nata ke Fathi. Fathi mengakui memang sejak awal dia merasa Nata mulai bergantung dengannya. Namun Fathi tak menerima karna ia merasa Nata menjadi adiknya- menggantikan adik kandungnya yang telah lama meninggal. Perasaan cinta laki-laki dewasa jatuh ke pelukan Zulfa, bukan Nata. Fathi belum bisa menemukan cara menjelaskan ke Nata. Akhirnya karna keluarga Zulfa juga sudah meminta kepastian, bak gayung disambut Fathi mengikat janji.

Tante faham situasinya. Lalu berpamitan diikuti Vio. Sebelum pergi, tante berpesan jika Nata sudah siuman Fathi dan Zulfa dipersilahkan menjenguk dengan membawa semua alasan dan penjelasan kepada Nata. Menyampaikan semuanya. Fathi dan Zulfa mengangguk setuju. Fathi mengantar kepergian tante dan Vio ke depan lobby apartemen mereka. Tante hanya menghela nafas, mengapa itulah menjadi alasan dia masih menyendiri hingga S3-nya.

Nata masih lemas. Infus sudah berganti lagi kesekian kali. Nata belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hingga pintu terketuk, ada yang datang. Nata mempersilahkan masuk dengan suara terbata. Melihat dua orang yang baru datang, Nata langsung menyingkurkan badan lagi. Ia muak. Mengapa harus mereka datang. Tante dan Vio belum kembali dari apartemen. Hanya dia seorang dan dititipkan ke suster penjaga. Zulfa mendekap tiba-tiba. Nata mengelak, namun ia masih lemah tak kuasa. Ia biarkan tangannya terkulai, dan tubuhnya dipeluk dari belakang seseorang yang sudah ia yakini penikam belati. Air mata menetes dari Zulfa. Nata masih belum paham, atas apa mereka menjenguk Nata. Apa tak cukup membuat Nata terkulai di ranjang rumah sakit.

Membiarkan Nata menyingkur, Fathi memulai pembicaraan. Zulfa masih tetap mendekap. Tante dan Vio membiarkan drama itu mengalir, hanya melihat dari balik pintu tanpa mereka sadari. Air mata Nata menetes. Antara sakit hati, terharu, gemas, menahan sakit di badannya. Ia hanya bisa menangis, dan menangis lagi. Fathi mengakhiri penjelasan dengan sebuah pesan. Agar Nata tetap menjadi Nata yang ceria, supel, ramah, berbuat baik ke semua bahkan tak kenal yang ditolong akan menolongnya kelak tidak. Nata yang memiliki kecerdasan sosial dan pesona interpersonal. Fathi mengakui, setiap yang di dekat Nata akan mudah jatuh nyaman. Nata memang mudah berbaur, tanpa lebur. Satu hal lagi mengapa jalan ini dipilih Fathi, karna ia tahu ada sosok laki-laki lebih membutuhkan Nata untuk menjadi penggenap separuh agamanya nanti.

Nata mencoba menghadapi kenyataan. Ia mengubah posisi berbaring menghadap Fathi dan Zulfa. Dengan sisa sesenggukan, Nata membebaskan semuanya seketika. Nata memilih mendekap rasa sakit itu. Nata ingin berdamai dengan masa lalu. Nata memberikan kemenangan atas pilihan laki-laki yang dicintainya. Menggenggam wanita yang Nata lihat memang lebih pantas darinya. Seperti nama orang yang dicintainya. Fathi Arief Falahi. Sebuah kemenangan bijak yang memenangkan. Kemenangan itu sebuah pembebasan. Dari yang terbelenggu menjadi terbebaskan. Yang menjadi budak perhatian menjadi majikan. Nata memilih pembebasan.


Karna Nata percaya, pembebasan sebuah perbudakan rasa kelak akan mendapat ganjarannya yang serupa bahkan lebih darinya.

Dua tahun kemudian, setelah lulus S1 Nata membebaskan pilihannya. Dinikahi oleh mantan ketua asistensi agama kampusnya. Nata tak pernah tau bagaimana bisa. Nata hanya percaya, kelindan kebaikan itu menyintas batas hingga kadang tak pernah bisa terlogika. “Terima kasih, atas kesempatan membebaskan yang dulu” ujung canda Nata saat memberikan undangan untuk Fathi dan Zulfa.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Big Why Rumah Flava : Inspiring Empowering

Simon Sinek pernah berdiri di panggung TEDTalk menyampaikan beberapa gagasannya. Gagasannya sebelumnya sudah tertuang dalam bukunya "Start With Why". Dalam presentasinya, Simon membuat sebuah tiga gambar lingkaran, besar hingga kecil. Di lingkaran terluar dia menyebut "What", lingkaran kedua dia menyebut "How" dan lingkaran terdalam dia menyebut "Why".  Tentang why ini menjadi titik terdalam karena memang di banyak gerakan/organisasi hanya sedikit orang yang paham tentang tujuan, tentang keyakinan, tentang muasal pekerjaan kita. Selain itu orang orang hanya bertahan pada tataran apa dan bagaimana. Simon menegaskan bahwa organisasi atau perusahaan yang inspiratif adalah perusahaan yang bisa memastikan mayoritas sumber daya manusianya bisa menjelaskan tujuan mendasar mengapa mereka menjalani aktivitas perusahaannya, bukan hanya soal produk atau layanannya. Sedangkan untuk kepentingan personal konsep The Golden Circle ini juga bisa menjadi panduan k...

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan Nominasi Essay Competition FORDISTA IAIN Surakarta 2017 Pendidikan menjadi salah satu pembahasan manusia di kehidupan sehari-hari. Di Indonesia digagas beberapa program kerja untuk memenuhi salah satu cita-cita bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 : mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Melihat fenomena sekarang, anak muda yang menjadi refleksi hasil pendidikan ring 1 banyak yang melukai jati diri pendidikan dengan sendirinya. Dalam tribunnews.com edisi Senin, 24 Maret 2014 disebu...

Guru Gokil Murid Unyu

Guru Gokil Murid Unyu Essay Rampai Bidikmisi IAIN Surakarta 2017 oleh Khoirul Latifah Melihat dari judulnya, mungkin beberapa akan merasa itu seperti judul sebuah buku. Memang benar, ada sebuah buku dengan judul ‘Guru Gokil Murid Unyu’. Buku hasil karya seorang guru di Jogjakarta yang isinya menginspirasi bagaimana menjadi guru yang kelak akan memanusiakan manusia. Ini bukan maksud akan meresensi buku tersebut, namun hanya mencatut judul yang sama untuk beberapa narasi yang senada dengan apa yang menjadi keresahan pendidikan akhir-akhir ini. Pendidikan adalah sebuah ihwal penting dalam hajat hidup. Proses pendidikan banyak diyakini menjadi sebuah tangga perubahan sosial secara vertikal. Melalui pendidikan banyak orang yang dari kalangan bawah menjadi orang kalangan atas. Melalui pendidikan orang biasa menjadi orang berada. Maka tak ayal, pendidikan adalah hal penting bagi manusia. Proses pendidikan jugalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Untuk hewan, ...