Langsung ke konten utama

Jalan Bernama Tarbiyah

Sesungguhnya Allah SWT., tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
Sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada dirinya sendiri.
Dan apabila Allah SWT., menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang menolaknya; dan sekali-kali tak ada yang menjadi pelindung
Bagi mereka selain Dia.”
Ar Ra’du : 11
Wahai para aktivis dakwah. Apakah kau sedang lelah ? bersandar pada dinding kamar kos yang penuh sesak dengan tugas kuliah. Menggerayangi atap kamar kos yang kemudian tiba-tiba memantul dua wajah ayah ibu. Senyum dua malaikat tanpa sayapmu menanyakan berapa nilaimu?, Bagaimana kabar judul skripsimu. Kau kemudian tersenyum kecut, tertawa getir. Ah ayahanda, ibunda sambil menghela nafas yang berat. Tiba-tiba notifikasi WA berdering, menyerang lamunan wajah orang tercinta mengembalikanmu ke alam nyata. Undangan syuro, taklimat aksi, jarkoman al akh yang sakit, dan berbelas pesan grub yang ngendon memang malas membuka. Jam berdetik menuju hari baru. Sudah tengah malam, semua terkapar.
Wahai para aktivis dakwah, segitukah ironi perjuanganmu menuju muwasoffat yang dalam lingkaran pekananmu menjadi standardisasi keberhasilan title mu aktivis dakwah kampus. Coba ambillah kaca, tersenyumlah barang sejenak dan bukalah mushafmu di surah Ar Ra’du ayat sebelas. Ah kalian mesti sudah lanyah menggumamkannya ya. Lalu apa hubungannya dengan kegundahanmu ?
Coba perhatikan para aktivis. Dalam jamaah aktivis dakwah kampus ada sebuah jargon bahwa profil para aktivis dakwah kampus (*ADK) adalah seorang yang ibadahnya taat, aksinya kuat dan prestasinya hebat. Tiga tagline itulah yang dulu awal perkuliahan dan sebelum memutuskan untuk masuk ke dunia ke-ADK-an bersama kalian masuk dalam ranah pikirku. Siapa yang enggan, bila kemudian gabung menjadi ADK menjadi seorang insan yang kamil. Dengan menjadi ADK juga pulalah jamaah kita memiliki suatu agenda keumatan yang mulia , membumikan kampus kita dengan pola hidup islami dan madani. Mengilhami Islam tak sekedar lisan, namun juga integral.
Allah SWT sudah me-nash-kan dalam surat cintanya, bahwa Allah tak kan mengubah suatu kaum tanpa ia berusaha sendiri. Kemudian tak ada perlindungan sekokoh apapun kecuali dari-Nya. Sehingga untuk menuju tujuan utama bergabungnya kalian dalam sebuah jamaah ADK adalah kerja-kerja keras kalian, lalu kemudian disusuli sebaik baik tawakal.
Dengan tiga tagline yang ga gampang itu, kau membusungkan dada untuk tetap melaju dalam dinamika ADK. Tiga tagline itu lalu dijabarkan oleh para formatur, entah siapa itu yang bagiku mereka adalah dewa hmm menjadi tiga bidang garap para ADK. Bidang da’awi, siyasi dan ilmy.
Bidang garap yang terclusterkan itu sebenarnya hanya pemfokusan saja, kau masih ingat tagline profil ADK adalah ketiganya bukan salah satu atau salah dua. Jadi ada sebuah kewajiban di tiap seorang ADK memiliki keseriusan untuk mengolah dan menempa diri menjadi ketiga tagline ADK. Namun malangnya, tak setiap kita paham. Hingga kemudian aku, kau dan kawan-kawan kita di tepian jamaah bercondong hingga radikal. Hanya da’awi, hanya siyasi, hanya ilmy hingga boom. DISRUPTION !
Senahas itu kah? Wahai kau aktivis dakwah. Jika tudung bergerakmu dalam jamaah dakwah ini adalah untuk kejayaan Islam, maka hanya menspesialkan diri dalam satu bidang garap bukanlah hal bijak. Memang setiap hal ada rijalnya, namun apa aku kau memiliki standardisasi kemampuan itu secara purna? Misal kau da’awi sudah berapa juz Al Quran yang kau hafal? Misal kau hanya siyasi, berapa kebijakan kampus dari BEM/DEMA/KM/Perseriakatan-mu yang memayungi gerak Islam secara integral ? misal kau ilmy, sudah berapa banyak medali dan kelas-kelas yang kau isi sebagai asisten dosen atau pegiat laboratorium ? sudahkah kau ?
Belum semua ternyata. Lalu mengapa kau membusungkan dada dengan menspesialkan diri menjadi penghamba hanya da’awi atau siyasi atau ilmy?
Sungguh, semua mampu asal kau mau mengupayakan untuk perbaikan umatmu. Sekarang malah yang terjadi sebaliknya. Aktivis kebanyakan acara. Syuro melulu telat masuk kelasnya. Sholat jamaah di masjid kampus pun menjadi makmum masbuk. Ngerjain tugas gada bedanya sama para sosiaita, pas deadline langsung copaste aja. Yang diurus rapat mulu, kapan wisudanya. Sama dosen hanya senyuman di ujung kelas, ga pernah lagi jadi asistennya. Allahu Rabbuna.
Umat butuh alumni ADK yang tak sekedar aktivis normatif, namun juga solutif konstruktif. Kalian boleh bangga menggelar hajat di dalam kampus begitu meriahnya, menjadi seorang decission maker untuk banyak acara, organizer konsorsium atau seminar nasional namun kamu hanya diam dalam kegiatan masyarakat di sebelah rumahmu. Zonk besar.
Sadarlah, aku kau masih menjadi seorang kader yang kata teman kita sendiri seperti monster. Suka mengkhususkan diri, menjaga jarak dengan yang bukan jamaah sesama kader, rajin syuro gapernah kongkow bareng temen, dan lain-lain. Eh tunggu, apa itu hanya aku saja ? kau tidak. Entah Allah lebih tahu mutaqorrubmu.
Jadi masihkah kau punya azzam untuk menjayakan Islam seperti cita cita umatmu? Maka bergeraklah, bersegeralah. Geber semua bidang garap yang bisa kita lakukan. Jika tentang spesialisasi, sungguh-sungguhlah hingga kau menjadi MVP-nya. Buatlah diri kita punya nilai jual di hadapan para civitas akademika. Yang berdaya saing global meski isi perut hanya lokal. Buka lagi catatan liqomu. Sampai manakah titik muwasoffatmu ? Allah Izzati Yang Maha Tau
Khoirul Latifah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Big Why Rumah Flava : Inspiring Empowering

Simon Sinek pernah berdiri di panggung TEDTalk menyampaikan beberapa gagasannya. Gagasannya sebelumnya sudah tertuang dalam bukunya "Start With Why". Dalam presentasinya, Simon membuat sebuah tiga gambar lingkaran, besar hingga kecil. Di lingkaran terluar dia menyebut "What", lingkaran kedua dia menyebut "How" dan lingkaran terdalam dia menyebut "Why".  Tentang why ini menjadi titik terdalam karena memang di banyak gerakan/organisasi hanya sedikit orang yang paham tentang tujuan, tentang keyakinan, tentang muasal pekerjaan kita. Selain itu orang orang hanya bertahan pada tataran apa dan bagaimana. Simon menegaskan bahwa organisasi atau perusahaan yang inspiratif adalah perusahaan yang bisa memastikan mayoritas sumber daya manusianya bisa menjelaskan tujuan mendasar mengapa mereka menjalani aktivitas perusahaannya, bukan hanya soal produk atau layanannya. Sedangkan untuk kepentingan personal konsep The Golden Circle ini juga bisa menjadi panduan k...

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan Nominasi Essay Competition FORDISTA IAIN Surakarta 2017 Pendidikan menjadi salah satu pembahasan manusia di kehidupan sehari-hari. Di Indonesia digagas beberapa program kerja untuk memenuhi salah satu cita-cita bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 : mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Melihat fenomena sekarang, anak muda yang menjadi refleksi hasil pendidikan ring 1 banyak yang melukai jati diri pendidikan dengan sendirinya. Dalam tribunnews.com edisi Senin, 24 Maret 2014 disebu...

Guru Gokil Murid Unyu

Guru Gokil Murid Unyu Essay Rampai Bidikmisi IAIN Surakarta 2017 oleh Khoirul Latifah Melihat dari judulnya, mungkin beberapa akan merasa itu seperti judul sebuah buku. Memang benar, ada sebuah buku dengan judul ‘Guru Gokil Murid Unyu’. Buku hasil karya seorang guru di Jogjakarta yang isinya menginspirasi bagaimana menjadi guru yang kelak akan memanusiakan manusia. Ini bukan maksud akan meresensi buku tersebut, namun hanya mencatut judul yang sama untuk beberapa narasi yang senada dengan apa yang menjadi keresahan pendidikan akhir-akhir ini. Pendidikan adalah sebuah ihwal penting dalam hajat hidup. Proses pendidikan banyak diyakini menjadi sebuah tangga perubahan sosial secara vertikal. Melalui pendidikan banyak orang yang dari kalangan bawah menjadi orang kalangan atas. Melalui pendidikan orang biasa menjadi orang berada. Maka tak ayal, pendidikan adalah hal penting bagi manusia. Proses pendidikan jugalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Untuk hewan, ...