Salah
satu ujian akan kuceritakan hari ini. Ujian itu mungkin menurutku adalah
ditengah kesibukan kami. Kesibukan adalah suatu hal yan pasti. Kesibukan sebagai
mahasiswa, sebagai aktivis, sebagai pengusaha baru teruji. Saat kami masih
bertiga mengurusmu, satu personil menjadi tetua kami mengulur waktu. Kesibukan sebagai
yang paling tua, dan lebih banyak amanahnya menjadikan tak sering mengurusmu. Kala
itu, aku dan rekan sebayaku, sedang di puncak-puncaknya menjabat di organisasi
struktural kuliah. Hingga aku masih ingat, apa yang disampaikan padaku kala
itu.
Perjuangan
membesarkanmu kala itu kita belum memiliki markas besar. Sedikit demi sedikit
buku kita simpan di kamar komisariat. Pembeli belum sebanyak hari ini. Jika
kita harus mengatur pengiriman buku, kita masih mengandalkan agen yang kita
punya. Jika bahasa bisnisnya, kita masih bergantung pada satu agen saja. Dengan
mengandalkan sistem dropshipping dari agen, kadang memang tak perlu ribet
mengurus pengiriman buku.
Hal itu
menguntungkan kita, karena markas belum tersedia. Jika memang harus membungkus
sendiri buku kiriman kita, maka harus salah satu mengalah. Menyempatkan waktu
di tengah-tengah kesibukan kami, adalah ujian tersendiri. Untuk mengurus
paketan buku di tempat yang bukan markas juga butuh keberanian. Apalagi ketika
harus aku yang turun tangan, berpenampilan gamis dan jilbab panjang menyambangi
markas para ikhwan adalah sesuatu yang harus teguh berjalan.
Dengan
pra syarat seperti itu, lebih menyebalkan lagi bagiku, adalah ketika salah satu
dari kami pamit. Rekan sebayaku, yang paling sering mengurusmu, harus
menyampaikan masa jeda. Ia beralasan karena ia sedang mengkampanyekan diri
menjadi calon ketua umum organisasi mahasiswa jurusan.
/
masa aku yang dikampanyein, masih mau ngurus paketan
/
aku ga enak sama teman-temanku. Yang lain bahas strategi pemenangan aku diam
diam menghitug pembayaran
/aku
pamit sekian waktu
/aku
blokir dulu nomermu
-
Waktu
itu, personally aku tidak terlalu yakin. Sebagian hati mengaminkan, sebagian
lagi memrotes keras di garda paling depan.
/gimana
dong kalo aku mau WA
/gimana
dong ntar kalau ada pekatan sendiri
/aku
ga bisa, kan ga semua barang aku bisa cari sendiri.
/kalo
alesan sibuk, la emang aku nganggur
I overheated,
over and over.
Dalam
hati ku katakan pada diriku sendiri jika aku mampu. Ini sedang masa siapa yang
paling pengertian atas kepentingan teman. Aku bisa aku mampu. Kamu masih
berjalan dan nomer tetap terblokir meski sudah menceracau berabjad abjad.
Kejadian
overthinking seperti yang sudah, nyatanya masih sering terjadi. Menangis lelah
barang tentu. Seperti ada yang memutar waktu, aku diingatkan kembali bahwa
pernah melalui kejadian seperti itu. Jika itu kembali terjadi, menangis bukan
pilihan. Opsi menolak untuk tidak dihubungi atau dibantu mengurusi juga tidak. Maka,
Va.
You teach
me a self-awareness, that caring for you is never enough.
Apapun
yang terjadi, kapal ini harus tetap berjalan.
Komentar
Posting Komentar