Langsung ke konten utama

Born To Fight #2


Salah satu ujian akan kuceritakan hari ini. Ujian itu mungkin menurutku adalah ditengah kesibukan kami. Kesibukan adalah suatu hal yan pasti. Kesibukan sebagai mahasiswa, sebagai aktivis, sebagai pengusaha baru teruji. Saat kami masih bertiga mengurusmu, satu personil menjadi tetua kami mengulur waktu. Kesibukan sebagai yang paling tua, dan lebih banyak amanahnya menjadikan tak sering mengurusmu. Kala itu, aku dan rekan sebayaku, sedang di puncak-puncaknya menjabat di organisasi struktural kuliah. Hingga aku masih ingat, apa yang disampaikan padaku kala itu.

Perjuangan membesarkanmu kala itu kita belum memiliki markas besar. Sedikit demi sedikit buku kita simpan di kamar komisariat. Pembeli belum sebanyak hari ini. Jika kita harus mengatur pengiriman buku, kita masih mengandalkan agen yang kita punya. Jika bahasa bisnisnya, kita masih bergantung pada satu agen saja. Dengan mengandalkan sistem dropshipping dari agen, kadang memang tak perlu ribet mengurus pengiriman buku.

Hal itu menguntungkan kita, karena markas belum tersedia. Jika memang harus membungkus sendiri buku kiriman kita, maka harus salah satu mengalah. Menyempatkan waktu di tengah-tengah kesibukan kami, adalah ujian tersendiri. Untuk mengurus paketan buku di tempat yang bukan markas juga butuh keberanian. Apalagi ketika harus aku yang turun tangan, berpenampilan gamis dan jilbab panjang menyambangi markas para ikhwan adalah sesuatu yang harus teguh berjalan.

Dengan pra syarat seperti itu, lebih menyebalkan lagi bagiku, adalah ketika salah satu dari kami pamit. Rekan sebayaku, yang paling sering mengurusmu, harus menyampaikan masa jeda. Ia beralasan karena ia sedang mengkampanyekan diri menjadi calon ketua umum organisasi mahasiswa jurusan.

/ masa aku yang dikampanyein, masih mau ngurus paketan
/ aku ga enak sama teman-temanku. Yang lain bahas strategi pemenangan aku diam diam menghitug pembayaran
/aku pamit sekian waktu
/aku blokir dulu nomermu

-
Waktu itu, personally aku tidak terlalu yakin. Sebagian hati mengaminkan, sebagian lagi memrotes keras di garda paling depan. 

Prosesor otakku berdenyut

/gimana dong kalo aku mau WA
/gimana dong ntar kalau ada pekatan sendiri
/aku ga bisa, kan ga semua barang aku bisa cari sendiri.
/kalo alesan sibuk, la emang aku nganggur

I overheated, over and over.

Dalam hati ku katakan pada diriku sendiri jika aku mampu. Ini sedang masa siapa yang paling pengertian atas kepentingan teman. Aku bisa aku mampu. Kamu masih berjalan dan nomer tetap terblokir meski sudah menceracau berabjad abjad. 

Saat waktu berjalan, menjadi lorong masa depan. Kini di rumah sepetak di pinggir jalan aku menyadari sesuatu. Aku menjadikan kejadian itu pelajaran, bahwa membesarkanmu menjadikan ku belajar bahwa setiap manusia tentu punya kesibukan. Bahwa setiap manusia punya pilihan. Namun semua tinggal kembali pada komitmen diri sendiri.

Kejadian overthinking seperti yang sudah, nyatanya masih sering terjadi. Menangis lelah barang tentu. Seperti ada yang memutar waktu, aku diingatkan kembali bahwa pernah melalui kejadian seperti itu. Jika itu kembali terjadi, menangis bukan pilihan. Opsi menolak untuk tidak dihubungi atau dibantu mengurusi juga tidak. Maka, Va.

You teach me a self-awareness, that caring for you is never enough.

Apapun yang terjadi, kapal ini harus tetap berjalan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Big Why Rumah Flava : Inspiring Empowering

Simon Sinek pernah berdiri di panggung TEDTalk menyampaikan beberapa gagasannya. Gagasannya sebelumnya sudah tertuang dalam bukunya "Start With Why". Dalam presentasinya, Simon membuat sebuah tiga gambar lingkaran, besar hingga kecil. Di lingkaran terluar dia menyebut "What", lingkaran kedua dia menyebut "How" dan lingkaran terdalam dia menyebut "Why".  Tentang why ini menjadi titik terdalam karena memang di banyak gerakan/organisasi hanya sedikit orang yang paham tentang tujuan, tentang keyakinan, tentang muasal pekerjaan kita. Selain itu orang orang hanya bertahan pada tataran apa dan bagaimana. Simon menegaskan bahwa organisasi atau perusahaan yang inspiratif adalah perusahaan yang bisa memastikan mayoritas sumber daya manusianya bisa menjelaskan tujuan mendasar mengapa mereka menjalani aktivitas perusahaannya, bukan hanya soal produk atau layanannya. Sedangkan untuk kepentingan personal konsep The Golden Circle ini juga bisa menjadi panduan k...

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan

Maksimalisasi Trilogi Lingkungan Pendidikan Nominasi Essay Competition FORDISTA IAIN Surakarta 2017 Pendidikan menjadi salah satu pembahasan manusia di kehidupan sehari-hari. Di Indonesia digagas beberapa program kerja untuk memenuhi salah satu cita-cita bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 : mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Melihat fenomena sekarang, anak muda yang menjadi refleksi hasil pendidikan ring 1 banyak yang melukai jati diri pendidikan dengan sendirinya. Dalam tribunnews.com edisi Senin, 24 Maret 2014 disebu...

Guru Gokil Murid Unyu

Guru Gokil Murid Unyu Essay Rampai Bidikmisi IAIN Surakarta 2017 oleh Khoirul Latifah Melihat dari judulnya, mungkin beberapa akan merasa itu seperti judul sebuah buku. Memang benar, ada sebuah buku dengan judul ‘Guru Gokil Murid Unyu’. Buku hasil karya seorang guru di Jogjakarta yang isinya menginspirasi bagaimana menjadi guru yang kelak akan memanusiakan manusia. Ini bukan maksud akan meresensi buku tersebut, namun hanya mencatut judul yang sama untuk beberapa narasi yang senada dengan apa yang menjadi keresahan pendidikan akhir-akhir ini. Pendidikan adalah sebuah ihwal penting dalam hajat hidup. Proses pendidikan banyak diyakini menjadi sebuah tangga perubahan sosial secara vertikal. Melalui pendidikan banyak orang yang dari kalangan bawah menjadi orang kalangan atas. Melalui pendidikan orang biasa menjadi orang berada. Maka tak ayal, pendidikan adalah hal penting bagi manusia. Proses pendidikan jugalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Untuk hewan, ...