Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Simalakama Pesona

Simalakama Pesona Dalam sebuah perjalanan menuju Jogja, di dalam bus, aku duduk di baris ketiga di depan.  Di sebelahku naik seorang mbak-mbak. Ku perhatikan, si mbak naik bus tanpa bawaan yang banyak. Tak seperti perempuan yang berpergian seperti biasanya, ia tanpa tas, tanpa jaket. Hanya membawa sebuah HP jadul, air mineral ditaruh di tas keresek hitam.  Dia duduk dengan ekspresi sendu. Bus terus melaju. Karena suatu hal, aku pindah dua kursi ke depan. Tiba-tiba ada sebuah suara orang bercakapan. Ternyata si mbak yang kuperhatikan tadi menerima telpon. Dari percakapannya, meski tidak berniat untuk mencuri dengar.   “Mbak, aku mau kejambret. Aku bawa uang dua juta sama HP baru yang kemarin aku beli...”. Hingga purna percakapan itu mengalir di antara hiruk pikuk kendaraan Magelang – Jogja. Aku tersentuh. Sebagai sesama perempuan, dari si mbak aku mengambil hikmah. Bagaimana sebuah perempuan diciptakan dan memiliki peran sebagai perempuan itu sendir...

Rumah Gerakan

S ejauh apa pun jalan yang kita tempuh, T ujuan akhir selalu rumah Fiersa, Arah Langkah                                                                                                 Rumah adalah sebuah lingkungan pertama. Tempat kita mempelajari dunia, aksara, karsa dan bertata. Di dalamnya ada para pendidik kita pertama. Rumah menjadi institusi non formal utama yang menjadi pondasi ranah gerak kita kemudian. Dalam dunia gerak kita , para kader KAMMI, rumah kita adalah KAMMI. Di mulai saat kita mengenal KAM...

Apa ini sastra?

Sejak kesuarmu membumbung Aku terusik, Hawar hawar pada mayapada Mengkerutkan beranda senja Aku tersiksa, Pada kerinduan yang menjadi pejal Tersolid pada ambisi dan kecurigaan Aku termangu, Kolase wajahmu terlukis di embun jendela tipis Seakan dekat tapi kau jauh Kala ku dekatkan tangan malah terhapus Aku tercekat, Suaramu tergantung di sela sela guntur Ternyata bukan kedatanganmu Hanya halusinasi telinga yang lama tak mendengar suaramu . . . Aaaaaaaaaaa Hati- Dari sekepal apa sebuah hati itu terbuat? Ia mengeras, melembut, melunak atau membatu tanpa notifikasi Hati bagaikan sebuah pohon Yang menanti siraman Yang menunggu pupukan Dalam sebuah sabda, ia terdefinisikan adalah sebuah genggam darah yang apabila ia baik, maka semua akan baik dan apabila buruk maka keburukan akan berkelindan membelakangi Seperti makhluk, tak ubahnya hati mengekspresikan dirinya dalam bentuk degupan Ia berdegup, kala senang Ia melemah, kala sedih Sedalam dalamnya hati tak ad...

Sianida

Kehidupan pasca kampus menawarkan banyak alternatif. Bagi mahasiswa yang aktifis maupun bukan. Apalagi mahasiswa aktifis, akan semakin banyak tawaran kemana akan melangkahkan diri. Secara garis besar, kehidupan pasca kampus menawarkan tiga jalan. Lulus  S1 melanjutkan studi S2, meniti karir atau menikah. Ketiganya seakan menjadi trilogi kehidupan pasca kampus.  Sekarang ini lulusan S1 tidak lagi menjadi pungkasan. Di dunia karir, sarjana menjadi biasa saja karena semakin banyak wisudawan yang lulus dari sarjana. Sehingga untuk menjadi wisudawan yang tidak biasa, harus ada values lebih yang ada di personalnya. Mengkristalkan values tersebut bukan hal satu dua hari. Values tersebut dibangun sejak pertama menjejakkan diri di dunia perkampusan. Bagi par aktifis values tersebut didapatkan dari kegiatan kegiatan yang ia ikuti. Sehingga ia tidak hanya lulus menjadi wisudawan yang biasa namun memiliki nilai yang tak sembarangan orang memiliki jua. Setelah values, apakah cukup?...

Jalan Bernama Tarbiyah

Sesungguhnya Allah SWT., tidak mengubah keadaan sesuatu kaum Sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada dirinya sendiri. Dan apabila Allah SWT., menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang menolaknya; dan sekali-kali tak ada yang menjadi pelindung Bagi mereka selain Dia.” Ar Ra’du : 11 Wahai para aktivis dakwah. Apakah kau sedang lelah ? bersandar pada dinding kamar kos yang penuh sesak dengan tugas kuliah. Menggerayangi atap kamar kos yang kemudian tiba-tiba memantul dua wajah ayah ibu. Senyum dua malaikat tanpa sayapmu menanyakan berapa nilaimu?, Bagaimana kabar judul skripsimu. Kau kemudian tersenyum kecut, tertawa getir. Ah ayahanda, ibunda sambil menghela nafas yang berat. Tiba-tiba notifikasi WA berdering, menyerang lamunan wajah orang tercinta mengembalikanmu ke alam nyata. Undangan syuro, taklimat aksi, jarkoman al akh yang sakit, dan berbelas pesan grub yang ngendon memang malas membuka. Jam berdetik menuju hari baru. Sudah tengah malam, semua terkap...

Keluarga Aksara

Aku seorang mahasiswi tingkat akhir. Setiap pekan sudah sering menerima undangan walimahan. Walimahan teman SMA, teman kuliah, teman organisasi maupun hanya relasi. Dari beberapa undangan itu, aku menyadari bahwa usiaku tak SMP lagi, yang hanya tau jajan dan pergi ke warnet lagi untuk happy-happy. Kata beberapa orang, usia sepertiku sudah pantas menikah. Sudah cukup umur untuk membangun rumah tangga. Sudah saatnya aku dalam pagutan seorang pria. Ya, usia 20 tahun dalam Undang Undang Perkawinan negara memang sudah sah dan bisa diresmikan di depan pengadilan. Yaa aku hanya, iya dan iya saja. Karena banyak hal aku belum ingin menikah. Salah satu hal pastinya adalah belum ada yang datang melamar lah. Lalu apa telak aku resah ? ternyata bukan dengan siapa aku akan terpinang. Berubah strata sosial menjadi nyonya bapak X. Pergi kondangan sudah berdua, beranjangsana tiap liburan dan segala romansa baper ala nikahan selebgram. Duhai calon ku yang entah siapa kamu, aku resah karena aku aka...

Masih Berlanjut

Tidurlah, tidak membersamai dendammu Luruhkan kedengkian, angkara atau sekedar prasangka Sandarkan, kepalamu pada kesadaran esok kita masih akan bekerja Rebahkan, beri hadiah pada tubuhmu yang mengkaku setelah seharian kau berdayakan mememuhi ambisi Tunaikan doa, sebut pintamu Ya Rabbana, sungguh kami hanya dzat yang lemah maka sebangunku nanti kuatkanlah Tersedu kemudian kita berkedip dalam gelap Bukankah seperti inilah nanti ruang kita kembali Bernama lahat yang hitam pekat gelap Lalu siapa pelitanya? Siapa pula kawannya? Mereka ialah ibadah Yang kita dawwamkan saat kita masih terjaga Mereka ialah kata maaf yang diterima dari hati hati yang pernah kita dzalimi Mereka ialah salam dari para malaikat di sepanjang jalan kita berjihad Selamat melepas lelah Semoga malammu indah **** Nyiur Subuh Gunungkidul, 15 September 2018 Gelap terhiasi kerlip bintang Bulan tak purnama, ia hanya manyabit menyembunyikan parasnya Debur ombak bergemuruh Buih buih pecah kala me...

Masih Tanpa Judul

Alunan penghuni persawahan menguasai alam tengah malam.  Tak ada yang terjaga kecuali seorang jelita yang mengerutkan kening sedari tadi.  Tertahannya apa yang harus ia tumpahkan menjadi penundanya dalam lelap.  Berjalan menerawang diri, kemanakah esok kaki akan melangkah?  Berulang ulang banyak sebuah awan pikiran hinggap.  Kadang sejalan kadang beroposisi dengan naluri. Jelita hanya ingin hidup sederhana.  Sederhana riasannya namun berkelindan makan asam garamnya.  Ia tak ingin hanya menjadi kerbau yang tertusuk hidungnya  tanpa menjasi seorang Kartini untuk impiannya Bahkan dalam kutipan terkutip bahwa bahasa yang  paling menggerakkan adalah bahasa gairah Surakarta Kota Bengawan, 22 Juni 2018 Dilan-da Skripsi Kau menjadi payah Berlembar lembar buku sudah tak kau jamah Hanya menumpuk di tepian ranjang Menjadi penghias kala malam Ia terabai Kau kalahkan dengan gawai Utopiamu tentang rumah ...

Kaffah-kan Kay

Kaffah -kan Kay Oleh Khoirul Latifah Nominasi Lomba Penulisan Kreatif DEMA-I IAIN Surakarta 2018 Suara kereta kluthuk Jaladara melintas jalan Slamet Riyadi. Meski gerimis, beberapa pejalan kaki masih setia untuk melangkah. Beberapa payung sudah mengembang semakin menghiasi siang menuju sore kali ini. Meski agak gerimis, matahari masih semburat menyengat. Pantulan matahari semakin membuat pesona Jaladara memikat hati yang melihatnya. Beberapa anak yang melihat Jaladara membelah Slamet Riyadi  menggamit erat bapak ibu mereka. Tersenyum lebar, membahagiakan. Hanya saja itu seperti sebuah fatamorgana kebahagiaan bagi dua orang yang sedang dilanda kegalauan di ujung jalan menuju St. Antonius Purbayan. Namanya Kayla. Kayla suka sekali jalan-jalan. Hidup Kayla seakan tak pernah lelah. Efek dari hobby yang Kayla miliki, ia sering mendapat job sebagai freelancer untuk mengisi jurnal travelling . Kayla memang awalnya hanya coba-coba mengirim coba-coba untuk hasil perjala...